Indeks

Mengungkap Rahasia Efek Visual di Balik Serial Nightmares and Daydreams Karya Joko Anwar

Gosip Bintang – Serial Nightmares and Daydreams karya Joko Anwar menjadi proyek besar terbaru setelah sukses dengan film horor beberapa tahun terakhir.

Bersama Come and See Pictures, Joko Anwar berusaha keras untuk mewujudkan proyek tersebut dengan berbagai cara, terutama dalam penggarapan efek visual.

Dalam serial ini, Joko Anwar sebagai kreator mengungkapkan bahwa efek visual lebih didominasi oleh efek praktis.

Mereka lebih memilih untuk menggunakan properti sungguhan daripada mengandalkan efek CGI. Hal ini memberikan kesan yang lebih nyata dan menegangkan bagi penonton.

Pada acara Tastemaker Screening, Joko Anwar menjelaskan bahwa sebagian besar efek khusus yang digunakan adalah efek praktis yang dibuat langsung saat proses syuting. Misalnya, seperti adegan otak dimakan atau jari terpotong.

Selain itu, Joko Anwar juga membeberkan berbagai usaha yang di lakukan kru untuk membangun latar cerita dalam setiap episode. Contohnya, dalam episode 6, Hypnotized, kru membangun menara setinggi 30 meter untuk adegan Fachri Albar bergelantung.

Sementara untuk episode The Encounter yang di bintangi Lukman Sardi, mereka juga tidak menggunakan efek CGI. Kru berhasil mengubah suatu wilayah menjadi Kampung Nelayan di Jakarta Utara.

Dalam rangka menciptakan permukiman yang serupa, mereka bahkan bersedia mengirim 14 truk berisi kerang dari Muara Angke untuk disebar di lokasi syuting.

“Untuk episode The Encounter di Kampung Nelayan, kami membuat [set]. Kami membangunnya dan membawa 14 truk kerang dari Muara Angke yang kami sebarkan,” kata Joko Anwar.

“Karena Kampung Nelayan Kerang memiliki tanah yang terbuat dari kerang, jika tidak menggunakan kerang, maka tidak akan terlihat otentik. Kami membawa 14 truk kerang tersebut untuk menciptakan keaslian,” tambahnya.

Upaya untuk menciptakan keaslian di setiap latar tidak hanya di lakukan dengan membangun set. Beberapa episode juga mengambil latar di lokasi nyata, seperti The Orphan.

Episode tersebut menampilkan Nirina Zubir dan Yoga Pratama sebagai suami istri yang tinggal di TPST Bantargebang. Untuk mewujudkan cerita tersebut, Joko Anwar memutuskan untuk melakukan syuting di area pengolahan sampah tersebut.

Kru dan para aktor harus bekerja keras karena berbagai tantangan, seperti syuting di lokasi yang tidak higienis dan harus bertahan dengan bau sampah yang sulit hilang.

“Bahkan, Nirina dan Yoga Pratama syuting di Bantar Gerbang itu kan riil. Itu kalau misal lagi syuting dan break karena hujan, keluar semua itu belatung dan apa segala macam dan naik-naik ke badan mereka,” ujar Joko Anwar.

“Makanya kami punya rasa hormat sama mereka yang bekerja di Bantargebang karena baunya sampai tiga minggu menempel di kami,” lanjut Joko.

Berbagai usaha dan siasat itu terbayar setelah Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams akhirnya rampung di garap dan rilis di Netflix. Serial itu di garap Joko Anwar sebagai kreator.

Joko Anwar turut menjadi sutradara beberapa episode. Tetapi sejumlah episode lain juga di garap oleh Ray Pakpahan, Tommy Dewo, dan Randolph Zaini.

Nightmares and Daydreams di bintangi sederet aktor hit Indonesia. Mereka adalah Ario Bayu, Yati Surachman, Faradina Mufti, Nirina Zubir, Yoga Pratama, hingga Faqih Alaydrus.

Kemudian, Marissa Anita, Restu Sinaga, Lukman Sardi, Happy Salma, Kiki Narendra, Muzakki Ramdhan, Sita Nursanti, Fachry Albar, Poppy Sovia, Asmara Abigail, hingga Niken Anjani juga bergabung sebagai pemeran.

Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams tayang di Netflix pada 14 Juni 2024.***

Exit mobile version